JunArt
Sabtu, 14 Oktober 2017
Kamis, 19 Mei 2016
Senin, 27 April 2015
MAKALAH LATAR BELAKANG TITUS DAN II KORINTUS
PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang
Mengingat
akan pentingnya pemahaman setiap orang akan isi kitab suci, maka kita dituntut
untuk terlebih dahulu mengerti apa, bagaimana dan untuk apa kitab-kitab
khususnya dalam Perjanjian Baru ditulis.
Berbagai
buku tentang Pengantar Perjanjian Baru ternyata memiliki pandangan yang
berbeda-beda. Hal ini menuntut kecermatan dari setiap pembacanya untuk dapat
membandingkan setiap pendapat para ahli dengan baik dan benar.
Surat
Titus dan Filemon yang akan dibahas merupakan bagian dari kitab-kitab Perjanjian
Baru. Meskipun disini dikatakan Perjanjian Baru, namun bukan berarti bagian ini
terlepas dari masalah-masalah historis, karena pengantar yang dikenal dengan
Pengantar Khusus berkenaan dengan asal-mula dokumen-dokumennya, pengarang,
waktu dan tempat penulisan, alasan dan maksud, para pembaca yang dituju,
integritas karya-karya itu dan sumber-sumbernya.[1]
Dengan
demikian kita akan menguraikan berbagai permasalahan dalam surat Titus dan Filemon,
dengan harapan kita tidak perlu lagi mempermasalahkan hal-hal yang tidak perlu untuk
dipermasalahkan.
2. Rumusan
Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas
dalam Surat Titus dan Filemon adalah sebagai berikut:
·
Siapa penulis?
·
Kapan waktu penulisan?
·
Siapa penerima surat?
·
Apa permasalahan yang
dihadapi oleh penerima surat?
·
Bagaimana pembagian
surat sacara garis besar?
3. Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah
sebagai berikut:
·
Mengetahui siapa
penulis.
·
Mengetahui kapan waktu
penulisan.
·
Mengetahui siapa
penerima surat.
·
Mengetahui apa
permasalahan yang dihadapi oleh penerima surat.
·
Mengetahui bagaimana
pembagian surat sacara garis besar.
PEMBAHASAN
Titus
1.
Penulis
Mengenai
penulis surat Titus, Willi Marxsen dalam bukunya Pengantar Perjanjian Baru
menyatakan bahwa Paulus adalah penulis surat ini dalam perjalanan
penginjilannya yang ketiga.[2]
Hal yang tidak jauh berbeda dikemukakan oleh Merrill C. Tenney, bahwa Paulus
menulis surat ini menjelang akhir persinggahanya di Efesus (I kor. 16:5-7).[3]
Sedangkan menurut M. E. Duyverman, penulis surat I Korintus
tidak perlu dipersoalkan lagi karena dilihat dari gaya bahasa, istilah dan jiwa
surat, kesemuanya itu adalah corak Paulus yang asli.[4]
2.
Waktu
penulisan
Tidak adanya pegangan yang
jelas soal urutan dan waktu penulisan, menimbulkan perbedaan pendapat dari para
ahli soal waktu penulisan. Berikut adalah berbagai pendapat tentang penulisan I
Korintus:
Menurut C. Groenen OFM, I Korintus ditulis antara tahun 49 atau 50.[5]
Adapun sumber lain mengatakan bahwa I Korintus ditulis pada tahun 56-58 M.[6]
Lain pula dengan waktu penulisan yang dikemukakan oleh Merrill C. Tenney, bahwa
penulisan surat ini ditulis oleh Paulus di Efesus pada puncak karirnya saat
musim dingin yakni tahun 55 TM.[7]
3.
Penerima
surat
Dari nama surat ini sendiri kita bisa
memperkirakan bahwa I Korintus di tujukan kepada orang-orang yang ada di
Korintus.
Dalam I Korintus
1:2, jelas bahwa surat ini ditujukan kepada jemaat Allah yang ada di Korintus,
yang segera meluas ke berbagai tempat dan kepada setiap orang yang berseru
kepada Tuhan.[8]
Hal ini juga yang dikemukakan oleh C.
Groenen OFM, bahwa surat ini dialamatkan kepada jemaat di Korintus yang
dipersatukan dengan semua orang percaya yang ada dimana saja.[9]
Ternyata ada pula yang melatarbelakangi mengapa kedua surat ini dikirimkan oleh
Paulus kepada orang-orang yang ada di Korintus, yaitu karena adanya berbagai
permasalahan yang sangat menyedihkan bagi Paulus terutama dalam hal moral.[10]
4.
Permasalahan
yang dihadapi oleh penerima surat
Berbagai
permasalahan yang terjadi di Korintus disebabkan oleh berbagai hal, yang
diantaranya adalah sebagai berikut:
Adanya
pertikaian dan perselisihan, yang disebabkan oleh sikap orang Korintus yang
terlalu menilai ciri corak manusiawi, yaitu kefasihan berbicara dan hikmat
kebijaksanaan manusiawi.[11]
Terjadinya
perpecahan karena keberpihakan sesuka hati, dimana ada kelompok yang mengikuti
Paulus, ada yang mengikuti Apolos, dan ada pula yang mengikuti Kefas (I Kor.
1:12).[12]
Kemudian
permasalahan mengenai skandal di gereja, masalah pernikahan, masalah sakramen
dan etika, hingga masalah yang menyangkut ibadah.[13]
5.
Pembagian
surat sacara garis besar
a)Susunan
dan isi I Korintus menurut C. Groenen OFM.[14]
1) Pembukaan,
Paulus mengirim surat ini atas namanya sendiri dan atas nama seorang teman
(penulis surat) yang bernama Sostenes (1 Kor. 1:1-9).
2) Menanggapi
berita-berita yang didengar Paulus (I Kor. 1:10—4:21).
3) Menanggapi
berita lain yang sampai ke telinga Paulus (I Kor. 5:1—6:20).
4) Paulus
mulai menanggapi masalah-masalah yang diajukan oleh jemaat sendiri (I Kor.
7:1-40).
5) Paulus
meneruskan tangapannya terhadap masalah-masalah yang diajukan oleh jemaat
sendiri (I Kor. 8:1—11:1).
6) Membahas
beberapa masalah berkenaan dengan sidang (beribadat) jemaat (I Kor.
11:2—14:40).
7) Membahas
sebuah soal tersendiri yaitu kebangkitan/pembangkitan orang mati (I Kor.
15:1-58).
8) Penutup,
memuat beberapa hal kongkrit (I Kor. 16:1-24).
b) Susunan
dan isi I Korintus menurut Adina Chapman.[15]
1) Pendahuluan
(I Kor. 1:1-9).
2) Perselisihan
dan perpecahan di antara para anggota jemaat (I Kor. 1:10-17).
3) Hikmat
dunia kalah di hadapan hikmat Allah (I Kor. 1:18—2:16).
4) Bangunan
Sidang Jemaat Tuhan (I Kor. 3—4).
5) Skandal
dalam jemaat (I Kor. 5:1—13).
6) Para
anggota Jemaat yang mencari keadilan pada orang yang tak beriman (I Kor. 6).
7) Masalah
perkawinan (I Kor. 7).
8) Masalah-masalah
kebebasan anak-anak Tuhan (I Kor. 8).
9) Kewajiban
seorang Kristen terhadap Injil Kristus (I Kor. 9).
10) Sejarah
bangsa Israel menjadi peringatan bagi kita (I Kor. 10).
11) Keadaan
wanita dalam kebaktian (I Kor. 11:1-16).
12) Perjamuan
Tuhan disalahgunakan (I Kor. 11:17-34).
13) Karunia-karunia
Roh (I Kor. 12—14).
14) Kebangkitan
Kristus dan kebangkitan kita (I Kor. 15).
15) Penutup
(I Kor. 16).
c)Susunan
dan isi I Korintus menurut Merrill C. Tenney.[16]
1) Ucapan
Salam (I Kor. 1:1-9).
2) Jawaban
atas Laporan dari “Keluarga Kloë” (I Kor. 1:10—6:20).
3) Jawaban
atas Pertanyaan-Pertanyaan dalam Surat yang Diterima Paulus (I Kor. 7:1—16:1-9).
4) Salam
Penutup (I Kor. 16:10-24).
II Korintus
1.
Penulis
Penulis surat
II Korintus sama dengan penulis I Korintus, karena surat ini di tulis oleh
Paulus yang dibawa oleh Titus ke
Korintus.[17]
Paulus menulis surat ini sebagai kesaksian pribadi dan pembelaan terhadap
dirinya sendiri.[18]
2.
Waktu
penulisan
Masalah
waktu penulisan surat ini tidak jauh berbeda dengan surat I Korintus, karena
terdapat juga perbedaan pendapat dari para ahli, bahkan semakin sulit
menentukan waktu penulisannya karena adanya pernyataan-pernyataan yang sulit
dipertemukan.[19]
Salah satu yang bisa dipertanggungjawabkan yakni pendapat C. Groenen OFM, yang menyatakan II Korintus ditulis antara tahun
49 atau 51.[20]
Namun pendapat yang jauh berbeda dikemukakan oleh Donald Guthrie bahwa jarak
penulisan antara I Korintus dan II Korintus tidak jauh berbeda, jika I Korintus
ditulis antara tahun 55-57 maka II Korintus hanya terpaut tujuh bulan.[21]
3.
Penerima
surat
Sangatlah
jelas bahwa surat ini ditujukan kembali kepada jemaat di Korintus, dan pada II
Kor. 1:1 surat ini juga ditujukan kepada semua orang kudus di seluruh Akhaya.[22]
II Korintus merupakan surat perdamaian dan rujuk antara Paulus dan jemaat di
Korintus.[23]
4.
Permasalahan
yang dihadapi oleh penerima surat
Permasalah yang terjadi dalam jemaat yang
menerima surat II Korintus utamanya adalah untuk memisahkan jemaat di Korintus dengan
Paulus, hal tersebut sebagian dapat diuraikan sebagai berikut:
Adanya
orang-orang yang menghasut jemaat di Korintus dengan memfitnah dan memburukkan
nama Paulus. Orang-orang tersebut rupanya orang Kristen keturunan Yahudi dari
Palestina.[24]
Banyaknya tuduhan
bahwa Paulus hidup secara duniawi, Paulus sebagai pengecut dan pernyataan bahwa
Paulus bukanlah rasul yang asli.[25]
Tuduhan bahwa
Paulus dan Titus mencari keuntungan jasmani dari jemaat di Korintus.[26]
5.
Pembagian
surat sacara garis besar
a)
Susunan dan isi II
Korintus menurut Adina Chapman.[27]
1) Salam
pembuka dan pengucapan syukur Paulus (II Kor. 1:1-11).
2) Paulus
membenarkan diri dan menyatakan sebab-sebab ia belum sempat ke Korintus (II
Kor. 1:12—2:11).
3) Sikap-sikap
yang baik dalam pelayanan (II Kor. 2:12—9:15).
4) Paulus
mempertahankan kerasulannya (II Kor. 10:1—12:8).
5) Kekuatiran
Paulus dan nasihat-nasihat yang terakhir (II Kor. 12:11—13:13).
b)
Susunan dan isi II
Korintus menurut Merrill C. Tenney.[28]
1) Salam
pembuka (II Kor. 1:1-2).
2) Penjelasan
tentang perilaku pribadi (II Kor. 1:3—2:13).
3) Pembelaan
pelayanan Paulus (II Kor. 2:14—7:4).
4) Komentar
tentang pengaruh dari suratnya (II Kor. 7:5-16).
5) Karunia
memberi (II Kor. 8:1—9:15).
6) Pembelaan
pribadi (II Kor. 10:1—12:13).
7) Persiapan
kunjungan (II Kor. 12:14—13:10).
8) Salam
penutup (II Kor. 13:11-14).
c)
Susunan dan isi II
Korintus menurut Donald Guthrie.[29]
1) Salam
dan ucapan syukur (II Kor. 1:1-11).
2) Pelayanan
Paulus (II Kor. 1:12—7:16).
3) Rencana
pengumpulan bantuan (II Kor. 8:1—9:15).
4) Paulus
membela kerasulannya (II Kor. 10:1—13:10).
5) Kesimpulan
(II Kor. 13:11-14).
PENUTUP
Kesimpulan
Surat
I korintus lebih menitik beratkan pada persoalan-persoalan yang dihadapi oleh
jemaat Korintus. sedangkan II Korintus lebih mengutamakan tentang kehidupan
Paulus yang tidak ditemukan dalam surat-surat lainnya.
Setelah
dilakukan perbandingan antara beberapa ahli Perjanjian Baru lewat buku-buku
yang ada, ternyata masih terdapat banyak perbedaan pendapat, terutama mengenai waktu penulisan, dan pembagian isi
kedua surat (I Korintus dan II Korintus) sacara garis besar. Hal-hal yang
hampir bisa dipastikan hanyalah tentang siapa penulis, siapa penerima, dan
permasalahan yang dihadapi oleh penerima surat tersebut.
Dengan demikian
diharapkan lewat pembahasan ini, kiranya kita boleh mendapatkan suatu gambaran
yang lebih baik untuk mengantar kita pada pemahaman yang lebih mendalam
terhadap isi dari surat-surat Paulus terutama I dan II Korintus.
[2] Willi Marxsen, op.cit,
hlm. 77.
[3] Merrill C. Tenney, Survei
Perjanjian Baru, (2003), hlm. 367.
[6] Tafsir Masa Kini, hlm. 273.
[10] Donald Guthrie, Pengantar
Perjanjian Baru Vo. 2, (2009),hlm. 28.
[12] Adina Chapman, Pengantar
Perjanjian Baru, (1980),hlm. 64.
[15] Adina Chapman, op.cit, hlm.
63-69.
[18] Tafsir Masa Kini, hlm. 310.
[21] Donald Guthrie, op.cit, hlm.
49-50.
[22] Bdk. II Kor. 1:1.
[27] Adina Chapman, op.cit, hlm.
70.
Langganan:
Postingan (Atom)