Senin, 27 April 2015

YOHANES AMOS COMENIUS (KOMINSKY) BAPAK PENDIDIKAN MODERN



YOHANES AMOS COMENIUS
(KOMINSKY)
BAPAK PENDIDIKAN MODERN

A.   Riwayat Hidupnya (1592-1670)
Keluarga Comenius berasal dari desa yang bernama Komna sehingga nama Komensky diberikan kepadanya, yang berarti “dari Komna”. Komensky lahir pada tanggal 28 Maret 1592 di desa Nivnice, suatu desa di Morawi Tanggara, dekat tapal batas Hongaria. Saat ia berumur 16 tahun, ia meninggalkan rumah tantenya untuk meneruskan studi di Prerov, pada salah satu sekolah yang paling bermutu yang diselenggarakan oleh Gereja Persaudaraan Morawi.
Pada tanggal 30 Maret 1611 Comenius dan enam pelajar lain dari Morawi dan Bohemia meneruskan studi pada perguruan tinggi yang diselenggarakan oleh gereja Reformasi di kota Herborn. Selama belajar di Herborn Comenius memulai sumbangan ilmiah pertama, yaitu menyusun Kamus Ceko-Latin, termasuk bagian tata bahasa. Setelah belajar dua tahun lamanya di Herborn ia mencalonkan diri sebagai mahasiswa pada universitas Heidelberg, perguruan tinggi yang menganut nilai gereja Reformasi Calvin. Di sini, Comenius mulai mengumpulkan buku bagi perkembangan perpustakaan Pribadi. Comenius pun sempat membeli naskah asli karangan Copernicus, De revolutionibus orbium coelstium, tetapi tidak diyakinkan oleh argumentasinya. Sungguhpun demikian, ia tetap tertarik pada bidang ilmiah. Kemudian pada tahun 1614 ia kembali lagi ke Morawi. Ia ingin menemukan metode yang lebih menarik bagi para pelajar, sehingga memperoleh keuntungan yang lebih besar dari pengalaman belajar.
Yohanes Amos Comenius bersama bangsanya menjadi korban dari Aksi Balasan Katolik terhadap Reformasi Protestantisme yang sedang berlangsung di Eropa. Ketegangan antara umat Katolik dan Protestan terus memuncak sampai, akhirnya, Perang Tiga Puluh Tahun (1618-1648) meletus. Agama Katolik pun dinyatakan sebagai satu-satunya agama yang sah menurut hukum di Moravia, dampaknya Comenius dan golongan masyarakat atas diberi pilihan: menerima agama Katolik atau angkat kaki dari negara itu. Karena Comenius tidak berniat beralih agama, ia memboyong keluarganya ke luar negeri ke kota kecil di Leszno, pusat kegiatan Persatuan Bruder yang terkenal di Polandia. Ini menandai awal pengasingan yang berlangsung hingga 42 tahun. Ia tidak pernah lagi menetap di negeri kelahirannya.


B.   Dasar Pendidikan
Comenius bukanlah orang pertama yang menyuarakan perlunya reformasi pendidikan. Di Inggris, Franci Bacon telah mencela penekanan pada Bahasa Latin tersebut dan mengimbau agar kembali mempelajari alam. Wolfgang Ratke dan Valentine Andreae di Jerman, serta tokoh-tokoh lain juga mengupayakan perbaikan-perbaikan. Akan tetapi, semuanya gagal mendapatkan dukungan resmi bagi gagasan-gagasan mereka.
Comenius mengusulkan suatu sistem yang membuat proses belajar menyenangkan, bukannya membosankan dan melelahkan. Ia menyebut rancangan pendidikannya: pampaedia, yang berarti "pendidikan universal". Tujuannya adalah menetapkan sistem pengajaran progresif yang dapat dinikmati setiap orang. Anak-anak seharusnya diajarkan secara bertahap, dengan konsep dasar yang meningkat secara wajar hingga konsep yang lebih rumit. Comenius juga menganjurkan penggunaan bahasa ibu selama beberapa tahun pertama sekolah, sebaliknya dari bahasa Latin.
Akan tetapi, pendidikan seharusnya tidak dibatasi pada usia menjelang dewasa, tetapi mencakup seluruh masa hidup seseorang.
Pendidikan yang dimaksudkan oleh Comensky dinamakan pendidikan agama Kristen, karena nilainya berporos pada iman Kristen. Untuk itu terdapat  dasar-dasar yang menyoroti teori dan praktek pendidikan, yaitu:

1.      Dasar Teologi
            Dengan memanfaatkan dasar ini, Comenius lebih dekat dengan Loyola daripada Luther dan Calvin, karena ia tidak menjelaskan iman Kristen secara sistematika.
            Manusia adalah ajaran Teologi kedua yang menyoroti pandangan Comenius tentang pendidikan. Ia mulai pembahasan tentang manusia dengan mengutip dari kejadian 1:26 di dalamnya tersirat tiga pokok tentang jati diri manusia:
a)    Manusia adalah makhluk rasional, yang berarti bahwa Tuhan telah memberikan tugas khusus kepadanya untuk menamai segala sesuatu (Kej. 2:19).
b)    Manusia adalah tuan atas segala makhluk lain dan oleh karena itu ia wajib memanfaatkan segalanya sesuai dengan panggilan ilahi yang berkaitan dengan setiap jenis ciptaan.
c)    Manusia wajib mencerminkan semua sifat asli dari gambar Allah didalam dirinya.




Kemahatahuan adalah gambar asli dari Allah, yang dicerminkan dalam manusia dan amat relevan bagi dasar Teologi Pendidikan. Manusia dapat dididik secara benar, karena memang itulah maksud Allah baginya, kata “Benar” ini berarti bahwa manusia dapat diajar tentang Allah, sesamanya dan benda-benda.
Terhadap  manusia yang diciptakan segambar dengan Allah terdapat kebutuhan untuk:
a)       Berada, yaitu untuk hidup. Oleh karena itu, orang harus diajar untuk menghargai dan mengasihi kehidupan ini.
b)       Manusia mempunyai kebutuhan untuk mengangap dirinya makhluk yang berharga.
c)       Terdapat kebutuhan untuk mengetahui dunia sekitarnya.
d)       Manusia harus memahami hal-hal yang ia ketahui.
e)       Manusia mempunyai kebutuhan untuk hidup merdeka
f)        Manusia membutuhkan kesempatan untuk hidup secara aktif agar memanfaatkan segala bakat dan tenaga.
g)       Terdapat kebutuhan untuk memiliki harta benda yang cukup supaya setiap orang memperoleh rezeki yang halal dna tidak menginginkan kepunyaan orang lain.
h)       Setiapa orang mempunyai kebutuhan untuk hidup aman juga.
i)         Manusia mempunyai kebutuhan yang dasariah untuk dihargai dan dihormati.
j)        Setiap orang membutuhkan kemampuan menyampaikan gagasannya secara fasih dan jelas kepada sesamanya.
k)       Setiap orang ingin disukai orang lain
l)         Kebutuhan menikmati berkat Allah,kebahagiaan hati dan kesenangan mendalam yang berkaitan dengan keyakinan bahwa kehidupan berporos pada Allah.


2.      Pengalaman Pribadi
            Pada permulaan perang 30 tahun, 95% persen dari penduduk negeri Bohemia dan Morawi mengaku iman protestan, tetapi ketika perdamaian dipulihkan secara resmi, para warga yang tidak mengungsikan diri ketempat lain terpakasa memeluk agama Katolik Roma. Saat Komensky memikirkan tentang penyebab orang-orang Kristen siap membunuh orang lain karena perbedaan pengakuan iman, maka ia melihat masalahnya terletak pada teori dan praktek persekolahan. Dimana persekolahan masih bersifat sukarela dan pokok kurikulum cenderung berporos pada bahasa latin dalam arti luas.
3.      Pemikiran Analogis
              Dasar pemikiran analogis berarti bahwa Comenius ingin mengembangkan pendidikan berdasarkan pada usaha meniru proses alamiah. Dengan demikian ia menulis bahwa “urutan yang tepat untuk proses mendidik dan persekolahan harus dipinjam langsung dari alam”.


C.   Asas-Asas Pedagogisnya
1.    Tujuan Pendidikan Umum / Pendidikan Agama Kristen
Pada halaman judul  buku Didactica Magna Tujuan Pendidikan dan pendidikan agama Kristen adalah “.. agar semua orang muda, baik laki-laki dan perempuan , tanpa terkecuali secara pesat, enak dan selengkapnya akan dijadikan terpelajar dalam ilmu, murni dalam akhlak dan terlatih dalam kesalehan, supaya dengan demikian semua dididik dalam semua hal yang perlu untuk hidup di masa kini, begitupun di dunia seberang.
Tujuan pokok untuk mengetahui isi dunia ini diperluas dari dua belas tujuan menjadi empat belas tujuan yaitu :
a)      Untuk mengantar semua orang mengasihi serta memelihara kehidupan yang akan datang.
b)      Untuk melewati kehidupan ini supaya tiba pada kehidupan kekal.
c)      Untuk selalu menikmati kewarasan yang baik dalam kehidupan ini.
d)      Untuk memahami segala sesuatu melalui penggunaan pancaindra, nalar dan iman.
e)      Untuk menangkap sebab-sebab dari segala sesuatu sebagai hasil penjelasan tuntas.
f)       Untuk memanfaatkan kemauan bebas sebaik-baiknya.
g)      Untuk bertindak dengan sungguh-sungguh sesuai dengan tujuan yang ditentukan lebih dahulu.
h)      Untuk belajar hidup  dalam kelimpahan dan bukan dalam kemiskinan.
i)        Untuk belajar memanfaatkan harta benda pribadi secara bertanggung jawab dan menjauhkan diri dari penggodaan untuk menyalahgunakannya.
j)        Untuk hidup dengan hormat.
k)      Untuk berbicara secara fasih.
l)        Untuk mendidik semua orang berbudi baik dan bermurah hati terhadap semua orang.
m)    Untuk belajar bertindak secara saleh sesuai dengan teladan Tuhan yesus itu sendiri.
n)      Untuk bergaul dengan orang yang mengasihi Tuhan dan bermoral serta saleh.

2.    Lingkungan Luas Pendidikan
           Karena pendidikan berarti pembentukan tubuh, akal dan jiwa manusia. Maka dalam pemikiran dan praktek Comenius, kehidupan manusia dibagi atas tujuh tahap, yaitu: ketika bayi dalam rahim ibunya, kelahiran dan masa bayi, masa kanak-kanak, masa remaja, masa pemuda, masa dewasa dan masa lanjut usia.
           Comenieus pun mengusukkan supaya didirikan tiga ”Dewan” atau “perserikatan” yaitu:
1.      Kolese terang ( Dewan para sarjana atau boleh dinamakan Dewan pendidik manusia atau dewan terang dunia, ataupun kementerian pendidikan se-dunia).
2.      Mahkamah Perdamaian, yang wajib membimbing semua bangsa untuk mengalami keadilan dan perdamaian.
3.       Konsistori Gereja se-Dunia, yang hendak menjadi pemimpin seluruh gereja  yang mengejawantahkan tabiatnya sebagai terang dan garam dunia sehingga Konsistori Gereja akan mengakhiri pertikaian dan semua penindasan dalam Tubuh kristus.
3.    Pengajar
            Comenius pun mengangap bahwa Allah adalah pengajar utama, kemudian orang tua, selanjutnya guru yang dipersiapkan untuk mengajar dan masyarakat berupa para pelajar lain, serta gereja dan masyarakat secara umum.
4.    Pelajar
            Semua orang adalah pelajar semasa hidupnya, namun demikian, setiap orang baik laki-laki maupun perempuan pada masa mudanya, hendaklah mendapatkan peluang untuk belajar di sekolah.
5.    Kurikulum
          Pendangan Comenius tentang mata pelajaran mana yang hendak diajarkan kepada para murid berdasarkan tahap pertumbuhannya, adalah sebagai berikut:
a)      Kurikulum bagi sekolah Bayi, Ruang lingkupnya  terdiri atas lima pokok yaitu: Kesalehan, Hormat, Pengetahuan, Sesuatu yang dibuat  dan Ucapan
b)      Kurikulum untuk sekolah kanak-kanak, Sesuai dengan gaya penglihatan Comenius sendiri, ia menganjurkan  dua belas tujuan kurikuler yang hendaknya dicapai anak sebagai hasil belajar selama enam tahun di sekolah kanak-kanak. (Robert R. Boehlke. 2009. Sejarah Perkembangan pikiran dan Praktek Pendidikan Agama Kristen. Jakarta: BPK Gunung Mulia hal 69).
c)      Sekolah Remaja ( Sekolah Latin, SMP/A), Dalam sekolah ini pelajar hendaknya mempelajari empat bahasa dan memperoleh pengetahuan ensiklopedis tentang ketujuh pokok  seni liberal klasik disamping enam vak lain yang perlu dipelajari. Remaja menyelesaikan Seantero kurikulum itu telah memperoleh pendidikan yang melengkapi mereka. (Robert R. Boehlke. 2009. Sejarah Perkembangan pikiran dan Praktek Pendidikan Agama Kristen. Jakarta: BPK Gunung Mulia hal 70-75).
d)      Kurikulum untuk perguruan tinggi, pendekatanya tidak berkaitan langsung dengan universitas. Pertama kurikulum itu perlu mencakup semua bidang pengetahuan. Kedua, hanya orang-orang yang amat mampu dalam bidangnya masing-masing yang boleh diangkat menjadi dosen di universitas. Ketiga, mesti ada perpustakaan dengan banyak buku yang boleh dipinjam oleh semua mahasiswa dan dosen. Keempat, tugas universitas ialah untuk menghasilkan calon sarjana.
e)      Metodologi, hal ini menjadi kunci untuk seluruh pengalaman belajar mengajar di sekolah. Ia yakin bahwa ia telah menemukan metode yang menjamin kemampuan guru untuk “...mengajarkan segala sesuatu kepada semua orang … secara pesat, enak dan selengkapnya”.

Adapun dua bagian untuk membahas pemikiran Comenius dengan lebih teliti yaitu:
1)    Asas-asas Dasariah
      Asas-asas mengajar berdasarkan gaya berpikir analogis hendaknya memperhatikan hal-hal berikut ini:
a)      Ada waktu yang paling cocok untuk mengajar orang dan untuk mengajarkan bahan tertentu kepadanya.
b)      Semua persiapan untuk mengajar harus dilaksanakan sebelum guru masuk ke ruangan kelas.
c)      Hanya satu gagasan atau vak saja yang hendaknya diajarakan pada saat tertentu supaya pelajar tidak bingung.
d)      Murid-murid jangan disuruh menghafalkan bahan sebelum isinya dijelaskan sebaik mungkin oleh guru dulu.
e)      Guru wajib mengajarkan vak/bahannya sepintas lalu sebelum membahasnya secara teliti.
f)       Setiap bahan studi perlu diajarkan langkah demi langkah mulai dengan yang lebih sederhana , lantas dengan yang lebih majemuk.
g)      Pada permulaan studi bahan baru, guru wajib mengajarkan unsur-unsur positif yang ada di dalam bahan itu sebelum ia membahas masalah yang di perdebatkan orang.
h)      Guru perlu mendasarkan metode mengajar pada pancaindra si pelajar .
i)        Sejauh mungkin para pelajar harus diberi kesempatan untuk belajar dengan berbuat sesuatu dan mengulanginya kemudian sampai sempurna.
j)        Pengetahuan harus diterapkan pada pengalaman si pelajar.

2)    Penerapan asas-asas tersebut di ruang kelas
     Untuk mengajar di sekolah khususnya, Comenius membahas metode-metode yang cocok untuk mengajarkan  lima jenis pengetahuan (seni, bahasa, kebajikan, dan kesalehan). Metode-metode tersebut ialah:
a)    Metode mengajarkan ilmu pengetahuan.
b)    Metode mengajarkan seni rupa.  
c)    Metode mengajarkan bahasa asing.    
d)    Metode mengajarkan kebajikan.      
e)    Metode mengajarkan kesalehan.     
f)     Buku pelajaran dan perpustakaan.



D.   Kesimpulan
                  Dengan kemampuan Komensky untuk melihat masalah-masalah abadi di bidang pendidikan khususnya pendidikan Agama Kristen, serta anjuran siasatnya yang berpotensi untuk memecahkan masalah-masalah tersebut, maka ia adalah pendidik pertama yang mampu melihat pelayanan pendidikan sebagai suatu keutuhan yang mencakup pertumbuhan manusia sebelum kelahirannya sampai pada wafatnya.
      Comenius juga menulis bahwa kegiatan belajar-mengajar hendaknya "benar-benar praktis, benar-benar menyenangkan, dan sedemikian rupa sehingga sekolah benar-benar bagaikan permainan, yakni awal yang menyenangkan dari seluruh kehidupan kita". Ia juga percaya bahwa sekolah seharusnya bukan hanya berfokus pada pendidikan pikiran melainkan juga pada pendidikan manusia seutuhnya, yakni mencakup pengajaran moral dan rohani.














    

Referensi:
Robert R. Boehlke. 2009. Sejarah Perkembangan Pikiran dan Praktek Pendidikan Agama Kristen. Jakarta: BPK Gunung Mulia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar